Berita
MEMBERSIHKAN SAMPAH di ATAP DUNIA
22 April 2010 | danar kempleng
Sejak 1990, sudah berulang kali dilakukan upaya pembersihan kawasan Everest, dan tahun ini giliran DEATH ZONE ( Zona Kematian ) yang akan menjadi sasaran penyapuan. Area tersebut berada di ketinggian 8.000 m ( 26.246 kaki ) yang karena minimnya oksigen banyak pendaki meregang nyawa di zona ini.
Penghujung April ini, Namgyal Sherpa beserta timnya yg terdiri dari pendaki - pendaki kawakan berniat mengumpulkan sampah di zona ini dengan perbekalan kantong dan tas khusus. " Sebab selama ini tidak ada yang berani membersihkan sampah di zona ini karena sulit dan berbahaya," ucap Sherpa,Ketua Extreme Everest Expedition 2010.
Tim ini akan menembus udara tipis dan temperatur dingin lalu memunguti botol - botol oksigen kosong, tabung gas, tenda - tenda robek, serta peralatan lain yang tergeletak di antara South Col ( Camp IV ) pada ketinggian 8.000 m sampai puncak Everest 8.850 m. Setiap pendaki akan mendaki bolak balik dan membawa turun 15 Kg sampah pada setiap pendakian.
Dalam usaha menggapai puncak Sagarmatha ( sebutan masyarakat Tibet bagi Everest ), seorang pendaki biasanya menghabiskan biaya hingga US$ 10.000,-. " Tapi sebagian besar dari itu menjadi sampah dan ditinggalkan di jalur pendakian," kata Sherpa.
'Operasi Semut' di Himalaya ini menargetkan untuk membawa turun 2.000 Kg sampah serta 3 mayat pendaki yang meninggal di area tersebut pada 2008. " Saya telah melihat tiga mayat terbaring di sana bertahun - tahun," lanjut Sherpa.
Hingga saat ini, tercatat sekitar 4.000 pendaki telah melakukan pendakian ke Everest dan mencapai puncak. Kenaikan angka petualangan ini otomatis berdampak pada kenaikan angka sampah yang tertimbun di Everest. Utamanya di jalur terpopuler, yaitu jalur selatan atau lebih dikenal dengan istilah Southeast Ridge yang terdiri dari sebuah Base Camp utama dan 4 Base Camp tambahan.
Diperkirakan ada 50 ton sampah yang terakumulasi di jalur ini sejak 1953 ( Pendakian puncak Tenzing Norgay Sherpa & Sir Edmund Hillary ). Seperlima jumlah itu berada di ketinggian 26.300 kaki atau daerah Camp IV ( South Col ), titik awal Sherpa dan timnya akan melakukan upaya pembersihan sampah.
Membawa sampah pribadi di lokasi seektrim Everest menjadi hal yang dianggap sangat tidak penting saat seseorang tengah berjuang untuk hidup. Dan sebaliknya, pendaki sering kali meninggalkan peralatan tambahan yang dianggap tidak perlu untuk segera turun dari wilayah yang minim oksigen tersebut.
Selain faktor kebiasaan itu, manajemen sampah yang buruk juga menjadi penyebab Everest mendapat sebutan " Tempat Sampah Tertinggi di Dunia ". Malah, setiap tahun sekitar 36.5 juta ton air yang mengandung sampah mengalir ke Lhasa River. " Manajemen sampah adalah tantangan terbesar bagi pariwisata di Sagarmatha National Park," ucap Deepak Bohara,Menteri Konservasi Hutan dan Tanah, pertengahan Januari lalu.
" Dulu sampah - sampah itu dibakar dibawah salju. Tapi saat ini sampah telah keluar ke permukaan karena mencairnya salju akibat pemanasan global, Everest pun kehilangan keindahannya," kata Sherpa. Gletser yang terus mencair membuat sampah - sampah yang tidak terurai muncul ke permukaan.
(Reuters/urbwatsan/discove
Harian Media Indonesia Edisi Selasa, 20 April 2010 hal. 21 ( Pop Lingkungan )
Maria Jeanindya.